MENGATASI EMBRIO MATI DALAM TELUR
OLEH DENNY DEKA KORWIL KLI PURWASUKA
*Dead in Shell (DIS) – Embrio mati dalam cangkang*
Dari berbagai sumber.
Dari berbagai sumber.
Apa yang menjadi penyebab embrio mati dalam cangkang, padahal embrio tersebut sudah berbentuk sempurna?
Dead in Shell (DIS) atau embrio mati dalam cangkang bisa disebabkan oleh banyak hal antara lain:
Dead in Shell (DIS) atau embrio mati dalam cangkang bisa disebabkan oleh banyak hal antara lain:
*1.
Kelembaban*. Tingkat kelembaban yang ideal adalah 60% hingga 65%.
Kelembaban yang terlalu rendah akan membuat membran mengkerut sehingga
embrio seolah oleh terbungkus ketat oleh plastik dan tidak bisa
bernafas. Kelembaban yang terlalu tinggi juga merupakan masalah karena
bisa membuat embrio “tenggelam” dalam “kantong udara”. Kalaupun menetas,
biasanya anakan burung terlihat terlihat lebih besar karena terjadi
“pembengkakan”.
*2. Temperatur.* Idealnya,
temperatur berkisar antara 37° hingga 39°C. Temperatur yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi bisa menyebabkan DIS.
*3.
Mal-nutrisi.* Terlihat sepele tapi mal-nutrisi pada indukan juga bisa
menyebabkan terjadinya DIS. Indukan yang mendapatkan nutrisi yang cukup
akan menghasilkan telor yang sehat dan mengandung nutrisi yang cukup
untuk perkembangan embrio. Kuning telor yang merupakan makanan embrio
selama berada dalam telor mengandung banyak nutrisi dan harus mencukupi
kebutuhan embrio. Berikut adalah efek dari kekurangan beberapa nutrisi
yang diperlukan oleh embrio:
- Vit A: embrio mati setelah sekitar 48 jam inkubasi karena tidak bisa berkembang.
- Vit D: embrio mati setelah 18 – 19 hari inkubasi karena tulang dan paruh tidak berkembang dengan baik.
- Vit E: embrio mati setelah 84 – 96 jam inkubasi karena pendarahan.
- Vit B2: embrio mati setelah 60 jam, 14 hari dan 20 hari setelah inkubasi karena tidak berkembang dengan
baik
- Biotin: embrio mati setelah 19 – 21 hari inkubasi karena cacat tulang
- Vit B12: embrio mati setelah 20 hari inkubasi karena pendarahan dan kerusakan jaringan, pembengkakan
organ tubuh dan pendarahan.
- Seng: embrio mati sebelum berkembang karena organ tidak tumbuh sebagaimana mestinya
- Yodium: embrio mati karena ukuran tiroid mengecil dan waktu penetasan yang melebihi batas normal.
- Besi: embrio mati karena haegmolobin yang rendah sehingga oksigen tidak sampai ke paru paru.
- Vit A: embrio mati setelah sekitar 48 jam inkubasi karena tidak bisa berkembang.
- Vit D: embrio mati setelah 18 – 19 hari inkubasi karena tulang dan paruh tidak berkembang dengan baik.
- Vit E: embrio mati setelah 84 – 96 jam inkubasi karena pendarahan.
- Vit B2: embrio mati setelah 60 jam, 14 hari dan 20 hari setelah inkubasi karena tidak berkembang dengan
baik
- Biotin: embrio mati setelah 19 – 21 hari inkubasi karena cacat tulang
- Vit B12: embrio mati setelah 20 hari inkubasi karena pendarahan dan kerusakan jaringan, pembengkakan
organ tubuh dan pendarahan.
- Seng: embrio mati sebelum berkembang karena organ tidak tumbuh sebagaimana mestinya
- Yodium: embrio mati karena ukuran tiroid mengecil dan waktu penetasan yang melebihi batas normal.
- Besi: embrio mati karena haegmolobin yang rendah sehingga oksigen tidak sampai ke paru paru.
*4.
Kebersihan kandang dan sarang.* Kandang dan sarang yang tidak bersih
bisa menyebabkan terjadinya infeksi oleh bakteri maupun virus.
*5. Kelebihan kalsium.* Kelebihan kalsium membuat cangkang telor mengeras dan sulit dipecahkan oleh embrio pada waktunya.
*6.
Mutasi.* Ada beberapa mutasi yang menyebabkan kondisi burung menjadi
lemah dan tidak terkucuali embrio nya. Contoh : pale fallow. Untuk jenis
mutasi yang membuat kondisi burung menjadi lemah, anda bisa
menyilangkannya dengan jenis wild type (wild form, wild colour atau
apapun istilahnya) dan kemudian anda bisa mengembangkannya lewat “burung
split” yang dihasilkan.
*7. Inbreed.* Pada beberapa kasus inbreed juga bisa menjadi penyebab DIS karena adanya lethal factor.
*8. Tingkat kedewasaan burung.* Burung yang berumur dibawah satu tahun secara umum belum matang secara seksual.
*9.
Pengeraman yang tidak sempurna.* Umumnya terjadi pada burung yang baru
pertama kali mengeram. Selain itu pemilihan bahan sarang juga kadang
berpengaruh.
Dalam beternak burung,
sebaiknya jangan memforsir burung anda karena burung anda bukan mesin.
Sebaiknya setelah 2 atau maksimum 3 kali masa pengeraman, istirahatkan
burung anda minimal untuk 1 atau 2 periode. Sederhananya begini, setelah
tiga kali bawa anak, satu kali istirataht. Jika satu periode bawa anak =
3 bulan, maka dalam satu tahun maksimal hanya diternak sebanyak tiga
kali (3x3 = 9 bulan) dan istirahat satu kali (1x3= 3 bulan).
Ben KLI
No comments:
Post a Comment